top of page

Kolosalism

  • Writer: R3NJA
    R3NJA
  • Jun 8, 2024
  • 14 min read

Updated: Jun 8, 2024

Kekaisaran Romawi - Ada beberapa alasan mengapa Kerajaan Roma atau Kekaisaran Romawi dianggap begitu luar biasa. Kekaisaran Romawi adalah salah satu imperium terbesar dalam sejarah manusia. Pada puncaknya, wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar Eropa, sebagian besar wilayah Laut Tengah, sebagian besar Afrika Utara, dan sebagian dari Asia Barat. Kerajaan ini memiliki luas sekitar 4.4 kilometer persegi, membuatnya dua kali lebih besar daripada Indonesia. Padahal awalnya dimulai dari desa kecil di Italia. Tanah yang mereka kontrol kalau dilihat dari pandangan modern termasuk Albania, Austria, Aljazair, Belgia, Bosnia, Bulgaria, Kroasia, Mesir, Inggris, Yunani, Hongaria, Irak, Israel, Italia, Yordania, Lebanon, Libya, Maroko, Portugal, Rumania, Slovenia, Spanyol, Swiss, Suriah, Turki, dan Ukraina. Budaya Roma memberikan sumbangan besar dalam seni, arsitektur, sastra, dan filosofi. Karya-karya besar mereka seperti Colosseum dan Pantheon yang masih berdiri sampai sekarang, puisi Epik seperti “Aeneid” oleh Virgil, tulisan-tulisan Cicero, pemikir besar Stoikisme juga berasal dari Roma. Mereka membangun jembatan hampir 2.000 tahun yang lalu dan tetap berdiri sampai sekarang dan masih digunakan, dibangun oleh Kaisar Trajan pada tahun 106 M. Dan prasasti yang tertulis di jembatan itu menyebutkan Mereka menemukan konkret atau beton, yang masih kita gunakan untuk bangunan yang kita bangun hari ini. Kekuatan militer dari masa Republik dan awal Kekaisaran Romawi dianggap sebagai salah satu kekuatan militer terhebat dalam sejarah dunia. Disiplin, pelatihan, organisasi militer, taktik formasi, bahkan doktrin disiplin seperti yang digunakan militer sekarang diambil dari militer Roma. Sistem hukum dari Romawi adalah dasar dari ystem seluruh ystem hukum modern di seluruh dunia.

 

Konsep seperti asas atau “tidak bersalah sampai terbukti bersalah” dan hak-hak individu dalam pengadilan berasal dari hukum Roma. Sangat banyak istilah latin yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan kebanyakan istilah ilmiah menggunakan bahsa latin, alfabet yang kita gunakan bahkan berasal dari latin. Dan latin adalah bahasa punah yang digunakan sehari-hari di kerajaan Romawi, khususnya kerajaan Romawi barat. Kita tidak hanya punya satu bulan, tapi bahkan dua bulan dalam satu tahun dinamakan langsung dari nama para kaisar Romawi. Bulan ke-7 Juli. Bahkan orang-orang besar di zaman setelah Kerajaan Romawi terobsesi dengan Kerajaan Romawi. 300 tahun setelah kejatuhan Romawi, menaklukkan sebagian besar Eropa dan dia menamainaya dari Kerajaan Ottoman menaklukkan Konstantinopel dan menamai dirinya sendiri yang berarti “Caesar Romawi” dan dia tidak menguasai Roma.

Bahkan, raja-raja Jerman menamakan diri mereka dan Raja-raja Rusia menamakan diri mereka semua berasal dan berarti Caesar yang diartikan Kaisar, sebutan untuk raja atau pemimpin di Romawi. Dan disini kita dibuat penasaran, kenapa kerajaan seagung itu bisa hancur, kenapa bisa kekaisaran sebegitu besarnya bisa jatuh, dan itu alasannya di Literasi Membaca kali ini, kita akan membahas ketiga kejatuhan besar dari Romawi. Mulai dari krisis besar Republik Romawi yang mengubahnya menjadi Kekaisaran Romawi, hancurnya kerajaan Romawi barat dan runtuhnya kota Roma, dan hancurnya kerajaan Bizantium, atau kerajaan Romawi timur dan perebutan kota Konstantinopel.

 

Early History of Roman Empire

Roma adalah salah satu peradaban paling penting dalam sejarah dunia yang awalnya dibentuk sebagai monarki dengan raja pertama Romulus. Roma tumbuh dengan pesat dan mengadopsi banyak budaya dan politik dari Yunani Kuno. Republik ini terkenal dengan sistem politiknya yang dikenal dengan dengan Senat sebagai badan pemerintahan utama menaklukkan wilayah-wilayah luas di sekitarnya dan menjadi kekaisaran yang dominan di Mediterania.

Julius Caesar, seorang jenderal dan politikus terkenal, mengakhiri masa Republik. Setelah pembunuhan Julius Caesar, Roma terperosok dalam perang saudara. Octavian, yang kemudian dikenal sebagai Augustus. Ini menandai akhir Republik Romawi dan awal Kekaisaran Romawi meluas dari Inggris hingga Mesir. mulai mengalami tekanan eksternal dan internal yang menyebabkan kekacauan. Kekaisaran Romawi Barat runtuh akibat invasi suku Barbarian, sementara Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) tetap bertahan hingga abad ke-15 M.

 

The Crisis of Roman Republic

Republik Romawi awalnya adalah sistem pemerintahan yang didasarkan pada asas ketidakmonarkian yang didasarkan pada prinsip bahwa Pemerintahan ini dipimpin oleh dua konsul yang dipilih setiap tahun oleh Senat Romawi, sebuah badan legislatif yang terdiri dari aristokrat patrician. Namun, meskipun sistem ini diilhami oleh prinsip-prinsip demokrasi, dalam praktiknya, kekuasaan sebenarnya lebih terpusat di tangan elit aristokrat. Salah satu aspek yang paling menarik dalam kejatuhan Republik adalah konflik antara kelompok plebeian (rakyat jelata) dan patrician (aristokrat). Plebeian merasa tidak diwakili secara adil dalam pemerintahan dan mendesak reformasi politik dan ekonomi. Ketegangan antara kelas sosial ini menghasilkan konflik politik yang terus menerus di Senat Romawi. Sejumlah reformasi politik diperkenalkan, yang memberikan hukum plebeian kekuatan hukum yang sama dengan hukum patrician. Dalam situasi ini, muncullah jenderal-jenderal yang populer seperti Dia adalah seorang jenderal militer yang karismatik dan sukses. Mengubah cara militer di Romawi dengan membuka rekrutmen tentara untuk warga biasa. Hal ini memberinya dukungan luas dari rakyat jelata. Konflik politik mencapai puncaknya ketika Lucius Cornelius Sulla, seorang jenderal lainnya, Ini memicu perang saudara yang menghancurkan banyak kota Romawi. Kekuasaan berpindah dari tangan satu pemimpin militer ke pemimpin militer lainnya. Dan disinilah datang Julius Caesar, naik ke posisi paling berkuasa di Consul. Bertahun-tahun dalam kemenangan militernya telah menjadikanya orang paling kaya di seluruh Roma. Dan setelah mengalahkan rivalnya Pompey the Great dalam perang saudara, kuasanya semakin besar. Kemenangan-kemenangannya dan juga inisiatif-inisiatif yang dia lakukan, seperti memberikan tanah kepada orang miskin telah membuatnya menjadi populer. Dan banyak senator yang bersaing untuk mendapatkan dukungannya dengan munghujaninya dengan penghargaan. Patung-patung dari dirinya dibangun, bangunan-bangunan diresmikan atas namanya, bahkan satu bulan diganti dengan namnya, dan masih disebut Juli sampai sekarang. Dan yang paling penting, nama “dictator” yang dimaksudkan untuk memberikan kekuasaan darurat pada masa perang, telah dianugerahkan kepada Julius Caesar beberapa kali berturut-turut. Julius Caesar memanfaatkan kekacauan politik yang terjadi dan akhirnya berhasil mengkonsolidasikan kekuasaannya. Dan dari sini, Julius Caesar membangun sejumlah reformasi politik yang mengakibatkan perubahan besar dalam sistem pemerintahan. Dan ini terasa terlalu berlebihan di mata para senator yang merasa takut bahwa Roma akan kembali menjadi kerajaan yang sudah susah payah dipertahankan oleh para senat terdahulu. Mereka merasa tidak puas dan teranca dengan ambisi Caesar yang besar. Mereka takut Republik Romawi akan kembali menjadi Kekaisaran Romawi. The liberators, kumpulan para konspirator memulai secara rahasia mendiskusikan tentang pembunuhan Julius Caesar. dalam pertemuan para senat, sebanyak 60 orang konspirator mengelilingi Julius Caesar, mengambil pisau dari toga mereka dan menusuk Caesar dari seluruh sisi. Dari sejarah yang diketahui, Caesar melawan dari penusukan ini, sampai dia melihat Brutus, seseorang yang meskipun berada di sisi rivalnya pada perang saudara sebelumnya, tapi Caesar menyelamatkannya, seseorang yang diberikan Caesar posisi tinggi dalam senat, seseorang yang dia anggap sebagai anaknya sendiri, dan banyak yang mengatakan bahwa kata terakhir dari Caesar yang berarti, “dan kau, Brutus?” dan beberapa pandangan mengatakan “dan kau, nak?” dan Caesar menutup mukanya tidak tahu bagaimana dia memproses perasaan itu dan membiarkan dirinya tertusuk dan jatuh ke lantai. Namun, yang tidak disadari para senat ini adalah, Julius Caesar telah populer dan dianggap sebagai pemimpin yang efektif oleh para rakyat jelata. Dan para rakyat jelata atau plebeian ini, justru merasa benci dengan petrician, atau para aristokrat ini karena dianggap korup terhadap kuasa yang mereka miliki. Pembunuhan ini menciptakan kekacauan besar dalam Republik Roma. Upaya para senat untuk menghentikan kehancuran Republik Roma menghancurkan Republik Roma justru menghancurkan Republik Roma itu sendiri dengan cepat meraih keunggulan, dia menyampaikan pidato dengan penuh semangat di pemakaman Caesar beberapa hari kemudian dan membuat banyak orang menjadi sedih dan marah atas perlakuan para senat. Yang membuat para liberators dipaksa keluar dari Roma. Dan kekosongan kekuasaan yang ada menyebabkan serangkaian perang saudara. Markus Antonius, Octavian atau Augustus, anak angkat dari Julius Caesar, dan Marcus Lepidus, komandan militer di bawah Julius Caesar dalam perang saudara sebelumnya, membentuk sebuah aliansi yang dikenal dengan untuk melawan konspirator pembunuhan Caesar, yang dipimpin oleh Brutus dan juga ditemani oleh Cassius di mana Brutus dan Cassius akhirnya dikalahkan dan mereka membunuh diri mereka sendiri. Meskipun Triumvirat Kedua meraih kemenangan dalam pertempuran, hubungan antara Markus Antonius, Octavian, dan Lepidus kemudian memburuk. Ini menyebabkan Perang Saudara Romawi Ketiga, yang berakhir dengan kemenangan Octavian dan peneguhan kekuasaannya dan memberikan wewenangnya kepada Senat. Dan para senat memberikan Octavian gelar “Augustus" yang berarti “diberkati oleh para dewa” atau “agung” dan secara efektif mendapatkan kekuasaan tertinggi tanpa harus menjadi kaisar. Octavian mengambil nama “Caesar” atau "kaisar" sebagai upayanya untuk mengklaim warisan politik Julius Caesar dan mempertegas bahwa dia adalah penerus Caesar dan langkah-langkah yang dia lakukan adalah untuk melanjutkan pekerjaan yang dimulai oleh Caesar. Dari sini nama belakang Julius Caesar resmi menjadi panggilan untuk yang berkuasa di seluruh Romawi dan beberapa negara yang terinspirasi darinya nantinya. Meskipun Caesar Augustus tidak terlihat secara resmi adalah raja dari kerajaan Romawi, namun ia mengkonsolidasikan kekuasaan dalam dirinya sendiri dengan mengambil kendali atas banyak aspek pemerintahan. Ironisnya, upaya yang dilakukan oleh para senator untuk menghentikan pembentukan Kerajaan justru berakhir dengan penciptaan kerajaan itu sendiri. Pada saat Augustus naik ke tahta, itu menandai akhir dari Republik Romawi. Caesar Augustus secara efektif membentuk dasar bagi sistem monarki yang kemudian dikenal sebagai The Fall of the (Western) Roman Empire.

 

Kekaisaran Romawi berdiri dengan tegak dan tinggi selama 2 abad pertama dan berada pada puncaknya ditangan Five good emperors, dengan suksesi kekaisaran Romawi. Mereka memimpin hari-hari paling megah di Kekaisaran Romawi. Mereka tidak mendapatkan kekuasaan dari keturunan, melainkan dari kompetensi dan integritas yang mereka miliki, yang menjelaskan mengapa di masa inilah Romawi berada pada puncaknya. Namun, abad berikutnya dilanda perselisihan dan ketidakaturan. Kekaisaran Romawi mengalami berbagai krisis, termasuk serangan suku barbar, korupsi dalam pemerintahan, inflasi, dan kesulitan militer. Serangan-serangan yang dilakukan oleh suku-suku barbarian memberikan beban yang sangat berat bagi kekaisaran, seiring dengan munculnya tindakan perebutan kekuasaan dan destabilisasi politik. Ketidakstabilan ini muncul dengan sendirinya dan menjadi penyebab utama pengeluaran besar-besaran, baik dalam hal korban jiwa maupun harta kekayaan. Disrupsi dalam perdagangan, penerapan pajak yang ketat, dan eksploitasi dari pasukan yang ditempatkan di wilayah-wilayah tertentu semuanya ikut berkontribusi pada kesulitan ekonomi yang berkelanjutan selama beberapa dekade. Periode pemulihan dimulai pada masa yang melakukan reformasi luas yang memperbarui integritas dan kohesi pemerintahan kekaisaran. Penyesuaiannya yang paling menonjol adalah reorganisasi kekaisaran menjadi sebua tetrarki, dimana Diolectianus menjabat sebagai Augustus Timur dan memerintah wilayah timur Kekaisaran, dengan ibu kota di Nikomedia dan memerintah wilayah barat Kekaisaran, dengan ibu kota di Milan. Pembagian ini membentuk empat pemerintahan dengan dua pasangan kekuasaan dan ini terbukti praktis dalam menstabilkan kekaisaran untuk sementara waktu dari perampasan kekuasaan, dan juga menjanjikan legitimasi dan suksesi reguler bagi penguasa. Namun, pembagian Kekaisaran menjadi dua bagian ini memperumit administrasi dan pertahanan dari Romawi dan terjadi pemisahan kekuasaan politik. Tetrarki ini tidak lama menimbulkan kebingungan. Di antara mereka terdapat putra Konstantius, yang tidak diwariskan secara formal. Namun, sebagai tribun militer tingkat tinggi, ia memiliki komando yang kuat dan mampu melenyapkan saingannya secara berturut-turut di Barat dan setelah kekalahan rekan kaisarnya di Timur, yang nantinya akan berganti nama menjadi Konstantinopel, sebuah langkah yang manfaat strategis dan ekonominya membantu menghidupkan kembali negara untuk beberapa waktu. Namun Konstantinus gagal menyelamatkan kekaisaran secara keseluruhan dari kemunduran. Kaisar terakhir dari garis keturunannya adalah kaisar terakhir yang memerintah Kekaisaran Romawi yang bersatu. Pada saat yang sama, kehancuran bangsa Hun di timur mengarahkan banyak suku barbar mencari perlindungan di dalam Kekaisaran Romawi, salah satu suku itu adalah Goths, setelah Romawi membiarkan mereka masuk ke dalam perbatasan, warga Romawi memperlakukan mereka dengan buruk dan tidak memberikan mereka bantuan sama sekali ketika wabah melanda. Banyak dari mereka menjual anak mereka sendiri untuk mendapatkan makanan, namun terkadang hanya mendapatkan makanan anjing untuk balasannya. Tekanan ini menciptakan ketegangan antara suku Goth dan penduduk Romawi, yang pada akhirnya berujung pada pecahnya the Gothic War, sebuah konflik berdarah antara kedua kelompok tersebut merupakan kekalahan terbesar yang pernah dialami oleh Romawi dalam sejarahnya. . Dalam pertempuran ini, suku Goth memimpin pemberontakan melawan Kekaisaran Timur yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Valens, dan pertempuran ini terjadi di Adrianople, yang kini terletak di wilayah Turki modern. Valens terpaksa mengalami penarikan mundur yang berujung pada kekalahan besar, di mana sekitar dua pertiga dari pasukan Romawi tewas, termasuk kaisar sendiri yang tewas dalam pertempuran ini. Perang Gothic akhirnya berakhir ketika Kaisar Theodosius I mengadakan perjanjian dengan suku Goth. Theodosius memutuskan untuk mengizinkan suku Goth untuk menetap di dalam wilayah kekaisaran. Para prajurit Goth bahkan diterima ke dalam tentara Romawi, sementara penduduk sipil mereka diizinkan untuk tinggal bersama dengan penduduk Romawi dalam wilayah kekaisaran. Keputusan ini menandai akhir dari konflik yang berdarah dan menjadi salah satu momen penting dalam sejarah interaksi antara suku-suku barbar dan Kekaisaran Romawi. Kekaisaran Romawi Barat, yang menderita akibat serangan invasi berulang kali dari suku-suku barbar dan pengungsian para petani ke kota-kota, telah menjadi semakin lemah dibandingkan dengan Kekaisaran Timur. Di wilayah Timur, perdagangan rempah-rempah dan ekspor lainnya terus mengalir, menjaga kekayaan dan stabilitas ekonomi. Namun, di sebelah Barat, kondisi semakin memburuk. Krisis sosial dan ekonomi terus berlanjut, diperparah oleh inflasi yang meroket, pajak yang tinggi, dan ketidakstabilan ekonomi yang merusak. Bahkan praktik pertanian yang sangat penting menjadi semakin sulit karena tanah subur berkurang akibat perubahan iklim yang tidak menguntungkan. Roma terbagi menjadi dua kerajaan yang terpisah: Kekaisaran Romawi Timur dan Kekaisaran Romawi Barat. Ini adalah pembagian yang menandai tahap akhir dari persatuan Kekaisaran Romawi yang pernah ada, dan kedua kerajaan ini akan menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas dan eksistensinya masing-masing di tengah krisis yang berkepanjangan. Salah satu pemberontakan paling besar adalah dari suku Visigoth. Ketidakpuasan di antara suku Visigoth terhadap perlakuan yang mereka terima dari pemerintah Romawi mendorong mereka untuk mengangkat Alaric sebagai pemimpin mereka dan memimpin pemberontakan terhadap kekaisaran. Alaric dan pasukannya sebelumnya dekat dengan Romawi dibawah kekuasaan Theodosius. Tapi setelah kematian Theodosius, mereka kecewa dengan perlakuan dari kaisar sesudahnya, dan ini menyebabkan pemberontakan paling besar dari suku Visigoth. Setelah beberapa kali meraih kemenangan melawan Romawi Timur, Alaric mengubah perhatiannya ke wilayah Romawi Barat yang lebih lemah. Sebuah peristiwa yang mengguncang dunia saat itu. ketika Odoacer, seorang panglima militer Jermanik, menyerbu Italia dan menggulingkan Kaisar Romulus Augustulus. Tahun ini dianggap sebagai momen kunci dalam kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat, yang telah berdiri selama hampir 1.000 tahun. Tindakan Odoacer ini mengakibatkan berdirinya Kerajaan Italia yang baru, yang secara resmi menandai akhir dari kekaisaran Romawi Barat yang pernah berjaya. Kejatuhan Kekaisaran Romawi tidak hanya disebabkan oleh serangan kelompok barbar yang mengambil sebagian wilayah dan mendirikan kerajaan kecil mereka sendiri, tetapi juga oleh ketidakstabilan internal dan eksternal yang berlarut-larut. Dan faktor-faktor seperti ketidakpuasan sosial, inflasi, dan ketidakstabilan ekonomi juga turut berkontribusi dalam proses runtuhnya kekaisaran yang pernah berkuasa begitu besar itu. Salah satu dari berbagai faktor yang berkontribusi pada kejatuhan Romawi adalah ukuran kerajaan yang sangat luas pada masa itu. Hal ini membawa sejumlah masalah, salah satunya adalah kesulitan dalam komunikasi. Berita dari perbatasan wilayah bisa memerlukan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk sampai ke ibu kota kerajaan, yang menyebabkan pengaturan dari provinsi-provinsi yang berjarak jauh menjadi semakin rumit. Selain itu, pendapatan dari wilayah Kerajaan Barat terus menyusut karena adanya perang yang berkepanjangan, baik melawan suku-suku barbar maupun perang saudara internal, yang menguras anggaran negara terutama untuk gaji para tentara. Ini berdampak buruk pada pengembangan infrastruktur dan proyek-proyek sipil yang menjadi terabaikan. Selain itu, salah satu alasan penting lainnya adalah ketidakefektifan kepemimpinan dari beberapa Kaisar. Banyak pemimpin Romawi pada masa itu tidak mampu memahami sepenuhnya tanggung jawab mereka, dan terkadang karena sistem warisan kerajaan, kekuasaan kadangkala jatuh ke tangan anak-anak yang kurang kompeten. Bahkan Kaisar terakhir, Romulus Augustulus, masih berusia 16 tahun ketika dia digulingkan dari takhtanya, yang menunjukkan ketidakstabilan dan kebingungan dalam kepemimpinan terakhir Kekaisaran Romawi Barat. Dengan runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat, Eropa Barat memasuki periode yang dikenal dengan atau Dark Ages. Periode ini ditandai dengan penurunan signifikan dalam stabilitas politik, kemerosotan ekonomi, dan terputusnya kemajuan intelektual yang pernah dicapai oleh Romawi. Sementara itu, Kekaisaran Romawi Timur, yang selalu lebih makmur dan kuat, melanjutkan eksistensinya sebagai Kekaisaran Bizantium hingga memasuki Abad Pertengahan Eropa.

 

The Decline of the Byzantine (Roman) Empire

Walaupun banyak yang mengatakan bahwa kejatuhan Romawi terjadi di abad ke 5, tapi yang sebenarnya terjadi, kerajaan bagian timur Romawi tetap bertahan dengan berbagai generasi Kaisar selama hampir 1.000 tahun setelah kejatuhan Romawi Barat. Dan sekarang kita lebih mengenal kerajaan ini sebagai Byzantine Empire, atau Kekaisaran Bizantium. Nama yang digunakan untuk membedakan yang mana Kekaisaran Barat Romawi dan yang mana Kekaisaran Timur. Kaisar pertama Romawi yang merupakan seorang Kristen memindahkan ibu kota Romawi ke Byzantion, yang nantinya berganti dengan Konstantinopel, yang kita kenal sekarang sebagai Istanbul. Setelah kematian Constantine, kerajaan Romawi terbagi menjadi dua di bawah kedua anaknya. Dan ini sering dikatakan sebagai awal dari kerajaan Bizantium. Bizantium memiliki provinsi-provinsi dengan pendapatan yang paling tinggi, memiliki perbatasan yang lebih terlindungi dan populasi yang lebih luas. Bizantium yang mewariskan teknologi dan seni budaya dari Romawi berhasil mengungguli kerajaan lain dalam kemajuan negaranya. membuat kedua kekaisaran ini semakin melemah dan mempersiapkan jalan bagi kejatuhan mereka. Di abad ini juga pasukan Islam yang dipimpin oleh para penakluk Arab, masuk sebagai kaisar ketiga. Arab terus melakukan serangkaian upaya untuk menaklukkan Konstantinopel. Dan kedua serangan tersebut gagal karena pertahanan Konstantinopel yang tidak tertembus. Salah satu penemuan mengagumkan dari Romawi Timur adalah penemuan sistem suar yang membentang sepanjang kekaisaran, yang sekarang mulai dari Yunani sampai ke Turki. Membentang lebih dari 700 kilometers memungkinkan wilayah Kekaisaran ini untuk memperingatkan kaisar akan adanya pasukan penyerang dalam waktu satu jam setelah melihat mereka di perbatasan. Belajar dari Romawi dulu yang membutuhkan waktu berminggu-minggu agar informasi tersampaikan. Konstantinopel sebagai pusat dari Bizantium terus menerus menjadi target dalam peperangan dan telah dikepung berkali-kali dan tidak pernah sekalipun terjatuh selama beberapa abad antara Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Roma yang memperlemah solidaritas yang ada di dalam internal Kekaisaran Byzantium, yang merupakan negara Kristen Ortodoks. atas seruan dari Paus Urbanus II yang merupakan tanah dalam kuasa Muslim pada saat itu, pergi melewati Konstantinopel. Ini dinamakan sebagai perang Salib I dengan tentara yang dinamakan pasukan Salib, yang terdiri dari tentara Kristen dari berbagai negara Eropa.

 

Serangan melewati Konstantinopel ini menciptakan ketegangan antara pasukan Salib Kristen dan Kekaisaran Byzantium karena ketidaknyamanan besar yang diciptakan pasukan Salib, meskipun Kekaisaran Byzantium mendukung mereka. Namun, Byzantium yang merupakan Kekaisaran berbasis Kristen tetap mendukung Perang Salib II dan III. Dan tetap berakhir pada kekecewaan satu sama lain dan ketegangan yang semakin tinggi. pasukan Tentara Salib Perancis dan Venesia membuat kesepakatan dengan Alexios Angelos, putra dari kaisar yang telah digulingkan. Dia menjanjikan kekayaan besar kepada pasukan salib dengan mendukungnya untuk merebut kembali tahta yang seharusnya milik ayahnya dari pamannya. Alexios berhasil, tetapi setelah satu tahun, penduduk memberontak dan Alexios sendiri digulingkan dan dibunuh. Jadi pasukan Alexios yang tidak dibayar mengalihkan agresi mereka ke Konstantinopel. Mereka menyalakan api besar-besaran, yang menghancurkan banyak sekali karya seni dan sastra kuno pada abad pertengahan, meninggalkan sekitar sepertiga penduduknya kehilangan tempat tinggal. Kota ini direklamasi 50 tahun kemudian tetapi Kekaisarannya yang dipulihkan tidak pernah mendapatkan kembali seluruh wilayahnya telah ditaklukkan oleh Tentara Salib. Wilayahnya telah menyusut secara signifikan, dan Konstantinopel, adalah satu-satunya kota besar yang masih dikuasai oleh kekaisaran tersebut. Sultan Mehmed II, yang juga dikenal sebagai Mehmed the Conqueror atau Mehmed Penakluk, Dia memiliki tekad untuk merebut Konstantinopel dan mengakhiri Kekaisaran Byzantium. Mehmed II menyiapkan dengan matang rencana pengepungan dan membangun armada besar, termasuk kapal-kapal besar yang bisa diseret darat untuk mengepung kota dari darat dan laut. Mehmed II dan pasukannya mengepung kota dengan benteng-benteng, meriam-meriam besar, dan armada laut yang kuat. Pengepungan berlangsung selama berbulan-bulan, dan pasukan Byzantium yang dipimpin oleh Kaisar Konstantinus XI berjuang dengan gigih untuk mempertahankan kota. paham bahwa Sultan dari Kerajaan Ottoman, Sultan Mehmed II menginginkan kota Konstantinopel. Dia menyadari bahwa perang tidak akan bisa dihindari, dan kemudian dia beralih ke kekuatan Kristen di Barat Eropa, namun perpecahan yang sebelumnya terjadi telah membagi gereja menjadi dua bagian untuk menyatukan kembali kedua gereja tersebut, namun ia terlalu melebih-lebihkan pengaruh Paus terhadap kekuatan Barat. Inggris, Perancis, dan Spanyol menjadi waspada terhadap pertumbuhan kekuasaan paus, dan mereka sudah kelelahan dengan perang yang terus mereka lakukan. Pada akhirnya, yang bisa disumbangkan Barat untuk pertahanan Konstantinopel hanyalah beberapa ratus sukarelawan, bersama dengan sekitar dua lusin kapal dan sejumlah perbekalan. Secara total, Bizantium mampu mengerahkan kekuatan yang hanya terdiri dari tujuh ribu orang untuk bertahan kota melawan sekitar lima puluh hingga delapan puluh ribu Ottoman. Meskipun pasukan Ottoman sangat besar, Konstantinopel memiliki benteng yang sangat kuat sehingga ada banyak alasan untuk percaya bahwa kota ini dapat bertahan sampai bantuan dari Barat tiba dengan sistem tembok, menara, dan benteng yang luar biasa, kekuatan kecil yang berjumlah tujuh ribu orang dapat dengan mudah bertahan. pasukan Ottoman setelah serangan besar-besaran. Konstantinus XI konon tewas saat memimpin pasukannya melawan para pembela Turki, sementara sumber lain menyebutkan bahwa ia gantung diri saat melihat kekalahan tak terelakkan. Konstantinopel, kota paling kuat yang sebelumnya bertahan hampir seribu tahun, akhirnya tumbang di tangan Sultan Mehmed II. Namun nasib Konstantinopel terdokumentasi dengan baik, ketika Sultan menghadiahi pasukannya yang menang dengan penjarahan dan kekerasan tanpa batas selama tiga hari. Dan dikatakan bahwa ketika sultan mengabaikan kehancuran besar yang disebabkan oleh anak buahnya di kota legendaris tersebut dia meneteskan air mata, dan berkata, dengan jatuhnya Konstantinopel, Kekaisaran Byzantium secara resmi berakhir. Ini adalah akhir dari Kekaisaran Romawi Timur yang telah berlangsung selama berabad-abad. Kemenangan Sultan Mehmed II dalam penaklukan Konstantinopel menjadi awal dari Kesultanan Utsmaniyah yang akan menjadi kekaisaran besar yang mendominasi wilayah tersebut selama berabad-abad. Dan Sultan Mehmed II menyebut dirinya sendiri sebagai yang dalam bahasa Turki berarti Caesar atau Kaisar. Jatuhnya Konstantinopel juga memengaruhi sejarah Eropa secara keseluruhan karena mengubah rute perdagangan antara Timur dan Barat, yang pada gilirannya memicu eksplorasi dunia baru oleh bangsa-bangsa Eropa. Yang nantinya memotivasi mereka untuk melakukan penjajahan yang akan berpengaruh ke negara-negara di Afrika dan Asia, termasuk Indonesia.

 

Outro And Conclusion

Sejarah Kekaisaran Romawi adalah cerita panjang dan kompleks tentang kejayaan, kemunduran, dan perubahan besar dalam peradaban manusia. Kejatuhan Republik Romawi, kejatuhan Romawi Barat, dan akhirnya, kejatuhan Romawi Timur, mengilustrasikan bagaimana perjalanan Kekaisaran Romawi yang agung dan dipercaya tidak akan pernah tumbang akhirnya mencapai kehancurannya. Namun Romawi mungkin telah jatuh sebagai kekaisaran politik, tapi warisan budaya, hukum, teknologi, dan pemikiran filosofisnya akan terus hidup dan akan terus memengaruhi dunia hingga saat ini. Sejarah Romawi adalah sumber inspirasi dan refleksi, mengajarkan kita betapa pentingnya kestabilan, kepemimpinan yang bijaksana, dan keberagaman dalam membangun peradaban yang berkelanjutan.

 

Comments


Est.2019-2026 © 2024 by Thopan Lasmana.H.A.,S.AP

Powered and secured by Literasi Komunikasi BHMC.NTB-Yogyakarta

bottom of page